Minggu, 27 Oktober 2013






 

Mengenali Keunikan Tradisi “ Hoyak tabuik “



Saya masih teringat jelas ketika saya beumur 8 tahun, kebetulan ketika itu saya di ajak oleh ibu saya pergi untuk melihat sebuah festival. Ketika tiba di sana saya kaget sekali karena orang yang datang ramai sekali hingga kami harus berdesak - desakan. Namun, ada satu hal yang paling menarik perhatian saya yaitu, sebuah benda yang berukuran besar dan bentuknya seperti hewan atau sejenis kuda namun memliki dua sayap di samping kiri dan kanannya.
            Dan yang lebih menariknya lagi orang- orang yang mengangkat benda tersebut sangat banyak dan sambil diiringi teriakan “hoyak hussein – hoyak hussein” bersama orang –orang yang mengikutinya. Namun, pada saat itu saya mengira mereka sedang meneriaki kata-kata “Hassan hussein- Hassan hussein”. Dan festival tersebut di namakan festival “ Hoyak Tabuik”.
Hoyak Tabuik adalah perayaan memperingati Hari Asyura (10 Muharam) yaitu mengenang  kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad Saw.  Yaitu, Saidina Hassan bin Ali yang wafat diracun serta Saidina Hussein bin Ali yang gugur dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Iraq tanggal 10 Muharam 61 Hijrah (681 Masehi).
Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, tubuh Imam Husain yang sudah wafat dirusak dengan tidak wajar. Kepala Imam Husein dipenggal oleh tentara Muawiyah. Kematian Imam Husein diratapi oleh kaum Muslim terutama Muslim Syiah di Timur Tengah dengan cara menyakiti tubuh mereka sendiri.
Sebagian Muslim percaya jenazah Husain dibawa ke langit menggunakan Bouraq dengan peti jenazah yang disebut Tabot. Kendaraan Bouraq yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik menjadi bagian utama bangunan Tabuik. Awalnya Tabuik sebagai simbol ritual bagi pengikut Syi’ah untuk mengumpulkan potongan-potongan tubuh Imam Husein dan selama ritual itu para peserta berteriak “Hayya Husein - hayya Husein” atau yang berarti “Hidup Husein - hidup Husein”. Akan tetapi, di Pariaman teriakan tersebut telah berganti dimana para pengiring dan peserta Tabuik akan berteriak “Hoyak Hussein - hoyak Hussein” sambil menggoyang-goyangkan menara Tabuik yang berbentuk menara dan bersayap serta sebuah kepala manusia.


 Tradisi Tabuik telah ada sejak 1829 di daerah Pariaman. Dalam pelaksanaannya orang –orang berdatangan ke pariaman untuk melihat acara festival hoyak tabuik tersebut. Acara yang dilaksanakan sekitar 10 hari tersebut selalu ramai dikunjungi oleh para pengunjung baik lokal maupun pengunjung luar dari pariaman tersebut. Ada yang hanya sekedar ingin melihat saja, mengisi liburan mereka ataupun yang benar – benar percaya akan tradisi ini. Dan ketika malam puncak pergelaran hoyak tabuik tersebut pengunjung yang datang sekitar lebih dari 80ribu orang. 



Tabuik pun memliki arti yaitu keranda atau peti mati. Namun ada yang mengatakan bahwa arti dari tabuik tersebut adalah peti pusaka peninggalan Nabi Musa yang digunakan untuk menyimpan naskah perjanjian Bani Israel dengan Allah.
 Namun kini dekorasi tabuik mengalami bayak perubahan, tabuik  yang diarak oleh warga Pariaman adalah sebuah replika menara tinggi yang terbuat dari bambu, kayu, rotan, dan berbagai macam hiasan. Puncak menara adalah sebuah hiasan yang berbentuk payung besar, dan bukan hanya di puncak, di beberapa sisi menara hiasan berbentuk payung-payung kecil juga terpasang berjuntai. Tidak seperti menara lazimnya, bagian sisi-sisi bawah Tabuik terkembang dua buah sayap. Di antara sisi-sisi sayap itu, terpasang pula ornamen ekor dan sebuah kepala manusia sepertinya wajah wanita lengkap dengan kerudung. Bambu-bambu besar menjadi pondasi sekaligus tempat pegangan untuk mengusung Tabuik yang terlihat kokoh dan sangat berat.

Dan untuk menambah semangat para pengiring tabuik biasanya diiringi dengan musik gendang tasa. Gendang tasa adalah sebutan bagi kelompok pemain gendang yang berjumlah tujuh orang. Mereka bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat).

Pesta Tabuik ini, dulu dikenal sebagai ritual tolak bala, yang diselenggarakan setiap tanggal 1-10 Muharram. Tabuik dilukiskan sebagai  “Bouraq”, binatang berbentuk kuda bersayap, berbadan tegap, berkepala manusia seperti wanita cantik, yang dipercaya telah membawa arwah Hasan dan Husein ke surga. Dengan dua peti jenazah yang berumbul-umbul seperti payung mahkota, tabuik tersebut memiliki tinggi antara 10-15 meter.

Puncak Pesta Tabuik adalah bertemunya Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Kedua tabuik itu dihoyak dengan ditingkahi alat musik tambur dan gendang tasa. Petang hari kedua tabuik ini digotong menuju Pantai Gondoriah, dan menjelang matahari terbenam, kedua tabuik dibuang ke laut. Dikisahkan, setelah tabuik dibuang ke laut, saat itulah kendaraan bouraq membawa segala arak-arakan terbang ke surga.

Pembuatan Tabuik
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Kedua tempat tersebut dipisahkan oleh aliran sungai yang membelah Kota Pariaman. Kelompok Tabuik Pasar terdiri dari gabungan 12 desa yang ada di kota Pariaman, sementara kelompok Tabuik Subarang terdari dari gabungan 14 desa lainnya.
Menurut wrga sekitar, dahulu, selama berlangsungnya pesta tabuik selalu diikuti dengan perkelahian antara warga dari daerah Pasar dan Subarang. Bahkan, ada beberapa pasangan suami-isteri yang berpisah dan masing-masing kembali ke daerah asalnya di Subarang dan Pasar. Setelah upacara tabuik berakhir, suami-istri tersebut kembali berkumpul dalam satu rumah. Walaupun korban terluka parah dalam perkelahian, namun ketika acara berakhir mereka bersatu kembali, sehingga suasana kembali tenang dan damai seperti semula.
Dalam acara pesta adat Tabuik yang lamanya sekitar 10 hari (1-10 Muharam), ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu berikut ini.
1)    pembuatan tabuik;
2)    tabuik naik pangkat yaitu menyatukan tiap-tiap bagian tabuik;
3)    maambiak tanah yaitu mengambil tanah yang dilakukan pada saat adzan Magrib. Pengambilan tanah tersebut mengandung makna simbolik bahwa manusia berasal dari tanah. Setelah diambil, tanah tadi diarak oleh ratusan orang dan akhirnya disimpan dalam daraga yang berukuran 3×3 meter, kemudian dibalut dengan kain putih, lalu diletakkan dalam peti bernama tabuik;
4)    maambiak batang pisang yaitu mengambil batang pisang dan ditanamkan dekat pusara;
5)    maarak panja atau jari  yaitu mengarak panja yang berisi jari-jari palsu keliling kampung. Maarak panja merupakan pencerminan pemberitahuan kepada pengikut Husein bahwa jari-jari tangan Husein yang mati terbunuh telah ditemukan;
6)    maarak sorban yaitu membawa sorban berkeliling dn  menandakan bahwa Husein telah dipenggal; serta
7)    membuang tabuik  yaitu membawa tabuik ke pantai dan dibuang ke laut.
          
           Menurut saya sebaiknya “Perayaan Hoyak Tabuik”  ini harus terus dilestarikan dan jangan sampai hilang bahkan musnah. Dan saya berharap pemerintah lebih dapat mengembangkan dan memperhatikan budaya istiadat ini untuk selanjutnya.  Dan di jadikan icon wisata yang ada di daerah Pariaman, Sumatera Barat.
            Penulis berharap setelah membaca artikel ini, pembaca dapat mengetahui keunikan dan sejarah perayaan “Hoyak Tabuik” . Dan dapat tertarik untuk mengunjungi tempat wisata yang yanng di Pariaman, Sumatera Barat.

1 komentar:

  1. Hard Rock Hotel Casino & Spa
    Find the Hard Rock Hotel Casino 과천 출장마사지 & Spa, Las Vegas, Nevada, United 원주 출장안마 States on MapYRO. 충주 출장샵 Hard Rock Hotel Casino & Spa & 천안 출장안마 Casino; Hard Rock Hotel Casino & 제주도 출장샵 Spa, Las Vegas

    BalasHapus